Klik Untuk Berkunjung
toko online fitur lengkap dan murah !

January 18, 2010

Membangun Indonesia Melalui Sadar Pendidikan

Ilmu pengetahuan merupakan pondasi utama memajukan sebuah bangsa dan Negara. Suatu bangsa dan Negara yang mengabaikan akan pentingnya sebuah pendidikan bagi generasi penerus, maka bangsa tersebut akan lemah dalam segala hal,
maka bangsa tersebut akan selalu hidup dalam kemunduran tanpa adanya kemajuan yang sangat berarti. Indonesia yang meupakan penduduk yang mayoritas muslim, bahkan dapat disinyalir bahwa Indonesia merupakan Negara terbesar di dunia yang kapasitas penduduknya beragama Islam. Sebagai pemeluk agama yang setia, kita dapat mempelajari betapa Islam begitu besarnya membrikan perhatian terhadap pendidikan. Hal ini dapat kita pelajari dari wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada baginda besar Muhammad SAW yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5 yang artinya " bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dri segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak diketahuinya" .
Kekuatan yang dimiliki ummat dan kemenangan yang selalu dijanjikan Allah SWT kepada mereka, bukan hanya bertumpu pada sisi aqidah atau ibadah saja dan tanpa diiringi dengan ilmu pengetahuan Islam dan ekspansi kebaikan atau amal islami dalam kehidupannya. Namun, kekutan dan kemenangan itu tegak kokoh di atas tiga pilar yang satu sama lain tidak boleh terpisahkan yaitu, iman, ilmu dan amal (ibadah), dan saat ini, ketika ummat mulai meninggalkan tsaqafah islamiah dan ilmu pengetahuan lainnya yang bermanfaat, maka kekuatan dan kemenangan tersebut berangsur-angsur akan hilang dan pada akhirnya digantikan dengan ketidakberdayaan serta kelemahan. Sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya. ".Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (az-Zumar: 9) ".niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al-Mujaadilah: 11), mengenai hal ini, Imam Syafi'i berkata, "Sesungguhnya jati diri seorang pemuda-demi Allah-ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya."

Ilmu merupakan kekuatan, siapa yang paling unggul ilmunya dialah yang memimpin. Sekarang peradaban yang menguasai dunia adalah peradaban Barat. Ini logis, sebab Baratlah yang menguasai iptek dan science. Berkaitan dengan inilah tatkala Allah SWT memberikan isyarat tentang pengembangan ilmu pengetahuan di dalam Kitab Suci-Nya, Dia menyeru tidak secara khusus ditujukan kepada orang-orang beriman, namun seruan-Nya dilakukan secara umum kepada seluruh jamaah jin dan manusia, sehingga siapa yang lebih dahulu melakukan observasi, kajian dan pengembangan, maka dialah yang mendapatkannya (QS. Ar Rahman, 55:33).

Pada masa silam para ulama umat Islam selain memiliki penguasaan terhadap ilmu-ilmu agama, mereka juga menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan umum yang berorientasi pada pengembangan sarana kehidupan.

Sebagai contoh Ibnu Sina misalkan, yang di Barat disebut dengan Avecienna, selain seorang ulama yang pakar dalam bidang kedokteran sesungguhnya dia juga menulis buku-buku tentang fiqih, tafsir dan akidah.

Al Qur'an sebagai Way of Life orang-orang Islam, padanya paling tidak ada 3 tipe ayat, yang apabila kaum Muslimin mensikapinya secara benar dan proporsional, bisa jadi akan menghantarkannya pada kejayaan, kemajuan dan supremasi. Ketiga tipe ayat itu adalah:

Pertama, ayat-ayat tentang keimanan dan keyakinan kepada yang ghaib, seperti iman kepada Allah, malaikat, takdir/qadha, hari Kiamat, pahala, dosa, surga, neraka dan sebagainya. Terhadap masalah yang seperti ini pendekatan yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan hati, yaitu iman.

Kedua, ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan isyarat-isyaratnya. Terhadap masalah ini pendekatannya adalah dengan menggunakan akal, yaitu dipikirkan, diobervasi, dikaji, dan dikembangkan sehingga lahirlah science dan teknologi.

Ketiga, ayat-ayat tentang hukum dan undang-undang. Terhadap ayat-ayat yang seperti ini kewajiban umat Islam adalah melaksanakan dan menegakkannya.

Pendekatan yang benar dan proporsional akan melahirkan umat yang memiliki keimanan yang kokoh, cerdas dan berilmu pengetahuan dan percaya diri dan bangga dengan identitas dirinya. Inilah modal utama ke arah kejayaan dan supremasi Umat Islam.

Dalam kenyataannya umat ini justru mengalami kelemahan dalam hal itu semua. Walhasil umat sekarang dalam keadaan hina, mundur dan terkebelakang, sebagai konsekwensi jauhnya mereka dari tuntunan dan pedoman hidupnya: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat besar. Allah tidak lengah dari apa yang mereka perbuat." (QS. Al Baqarah:85)

Sebenarnya, negara-negara Islam belum sepenuhnya keluar dari cengkeraman para negara agresor dan penjajah, seperti Indonesia, Tunisia, Siria, Mesir, dan negeri-negeri yang lainnya. Mereka masih terjajah. Tidak kah mereka membawa empat slogan yang selalu didengung-dengungka n? Yaitu, God (Tuhan atau penyebaran agama), Gold (Emas), Gospel (kekayaan), dan Glory (kejayaan). Empat tujuan ini masih mereka nikmati, meskipun mereka telah hengkang dari negeri-negeri jajahannya. Maka meskipun secara fisik dunia Islam tidak terjajah, namun setiap dimensi kehidupan ummat masih dalam cengkeraman konspirasi mereka. Dan konspirasi mereka inilah yang dewasa ini dikerjakan oleh tangan-tangan LSM-LSM dan Yayasan-yayasan yang digerakkan oleh anak-anak muslim yang sudah dicuci otaknya dan yang didanai oleh mereka, para penjajah. Seperti Freemansory, Rotary Club, Lion Club, LSM sosialis komunis dan yang lainnya. Mereka bergerak sesuai keinginan donatur-donatur mereka yang semuanya ingin memberangus kebenaran Islam.

Setelah peperangan usai dan para penjajah hengkang dari bumi ummat Islam, namun negara-negara ketiga yang notabane negeri muslim semakin hari semakin terbelakang dan terpuruk dalam bidang iptek dan industri. Ini juga merupakan langkah-langkah strategis yang dilakukan pihak Barat dan musuh-musuh Islam yang tidak pernah ingin melihat ada satu negara muslim yang berkembang dan mengalami kemajuan. Mari kita renungkan beberapa komentar dan pernyataan para orientalis berikut ini;

Salah seorang pejabat pada Kementerian Luar Negeri Perancis pada tahun 1952 mengatakan: "Bahaya yang sebenarnya mengancam kita adalah Islam. Untuk itu marilah kita beri apa yang dibutuhkan oleh dunia Islam serta menanamkan pada diri mereka perasaan ketidakmampuan untuk menjadi negara industri. Apabila kita lemah dalam pelaksanan strategi tersebut, maka kemungkinan besar ummat Islam mencapai kemajuan dan menjadi salah satu kekuatan raksasa di dunia untuk ke dua kalinya."

Bekas dictator Portugal, Salazar berkata: "Saya khawatir akan muncul ditengah umat Islam seorang tokoh yang mampu menyatukan potensi mereka dan mengarahkannya kepada kita."

Mungkin kita bisa bertanya; dimanakah posisi negara-negara muslim dewasa ini? Di saat negara-negara modern telah berbicara tentang berbagai revolusi besar yang hendak dijalankan; revolusi teknologi, revolusi biologi (geneologi, cloning, penemuan peta gen manusia dan lain sebagainya), revolusi elektronik, revolusi ruang angkasa, revolusi komunikasi, informasi dan seterusnya. Di mana posisi kita di tengah negara maju ini?

Dalam bidang pemikiran, para penjajah melahirkan antek-antek mereka dari anak-anak negeri untuk mempengerahui ummat Islam tentang cara berfikir yang benar. Mereka mengajak kembali kepada paradigma yang dimiliki oleh para penjajah tersebut bukan kembali kepada Islam. Dengan dalih mereka telah menemukan kemajuan dan sementara dunia Islam dalam kegelapan ilmu pengetahuan. Jadi mereka menyerukan genarasi-generasi muslim untuk berkiblat kepada nilai-nilai yang diyakini para penjajah. Dan nilai-nilai ini bersandarkan kepada keyakinan, filsafat dan adat istiadat yang berkembang di tengah mereka. Sehingga tanpa disadari atau tidak, kita selaku ummat islam mulai menafikan akan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup.

Bahkan kita melihat banyak dari kalangan umat ini yang bangga dengan referensi Barat dalam bidang keilmuan yang seharusnya tidak layak untuk dijadikan sebagai referensi maupun rujukan utama. Seperti dalam bidang psikologi yang mengacu kepada pendapat Sigmun Freud, bidang sosiologi dan moral.

Seharusnya, umat ini ketika menjadikan Islam sebagai referensi utama, mereka harus kembali kepada Al-Quran, Al-hadits, Ijma', Perkataan Sahabat, Perkataan Tabi'in dan dalil-dalil yang dibenarkan dan diakui dalam terminology istinbat dan ijtihad.

Dari hasil kerja para penjajah sebelum mereka meninggalkan negara-negara jajahannya adalah keterbelahan jiwa ummat dalam memegang tali Allah SWT. Mereka menjadi minder ketika disebut muslim, mereka malu dan merasa terbelakang apabila ditanyakan tentang identitas dirinya sebagai muslim. Padahal seharusnya mereka berani menunjukkan dengan jelas apa identitas mereka dan siapa mereka? Hal ini dikarenakan seorang muslim memiliki identitas yang khas, kepribadian independen dan loyalitas yang jelas. Ia adalah pemilik risalah bumi dan pemikul panji dakwah universal yang berkarakter rabbaniah, insaniah dan akhlakiah.

Dampaknya dari itu semua, Rasulullah dan para sahabat tidak lagi dijadikan panutan dan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih bangga dengan budaya yang dikembangkan dan diperkenalkan oleh dunia Barat kepada negara-negara muslim, khususnya Indonesia

Untuk menghadapi berbagai problematika umat dewasa ini, baik yang bersifat permanen dan inheren maupun yang bersifat kontemporer karena faktor eksternal, maka seluruh Umat Islam harus membangun kembali kesadaran akan agamanya dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam setiap dimensi kehidupannya.

Ada tiga fokus yang sangat mendasar, dimana setiap individu muslim harus memperbaiki dirinya dalam hal ini.

Pertama, Memiliki ilmu pengetahuan.

".Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (az-Zumar: 9)

".niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al-Mujaadilah: 11)

Imam Syafi'i berkata, "Sesungguhnya jati diri seorang pemuda-demi Allah-ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya."

Kedua, Belajar secara kontinyu.

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali 'Imran: 104)

Ketiga, Berjuang sepanjang masa.

"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (al-Hajj: 77-78)

Akhirnya, kita hanya bisa berdoa dan berharap semoga kita termasuk orang-orang yang memulai untuk berbenah diri dalam menghadapi berbagai problematika ummat sekarang ini.

Allah wa Rasuluh A'lam Bishshawab


Written by Rahmat Arafah Al - Madany
Klik Untuk Mendaftar